Senin, 25 Februari 2019

Setahun Lalu

Kemarin, 24 Februari 2019 tepat setahun setelah aku melamar Bundamu, dek.

Sebuah langkah besar di hidupku dalam menentukan pendamping untuk menghabiskan sisa usia. Sebuah keputusan yang tak pernah sembarangan. Sebuah keyakinan untuk menentukan siapa yang pantas berdiri tepat di sebelahku saat aku berhasil, dan mengangkat kepalaku saat aku gagal. Sebuah pertimbangan dan restu dari kedua orang tua. Sebuah janji suci pada diriku sendiri untuk selalu membahagiakan perempuan itu. Bundamu.

Dek, saat ini mungkin usiamu belum genap tujuh bulan dalam kandungan Bunda. Tapi aku bisa merasakan kehadiranmu setiap aku dan Bundamu bersama, kita bertiga. Jadilah sosok yang selalu menguatkan kedua orang tuamu ini ya, nak. Jadilah penyatu saat Ayah dan Bundamu tak sejalan. Jadilah pelindung dalam setiap cobaan. Jadilah penunjuk jalan dalam setiap permasalahan.

Hari ini, aku merasakan pikiran dan hati ini terpecah belah. Kita hidup selalu berdampingan. Saat jalur tak sejalan, ide tak sepaham, dan harapan tak sesuai dengan keinginan. Aku hanya bisa diam, menerka apa yang akan terjadi, dan membiarkan segala perasaan ini mengalahkanku perlahan, sampai tak mampu lagi aku berpikir dan berkata. Aku hanya butuh dukungan dari Bundamu, dek. Sosok yang bisa menguatkan Ayahmu ini. Aku tahu kamu tak kalah menguatkan, tapi belum saatnya kamu melihat Ayahmu ini terkapar tak berdaya. Aku ingin selalu memberikan yang terbaik untukmu, sayang. Sebelum kamu lahir ke dunia yang penuh dengan tanda tanya. Dunia yang akan menjadi sangat indah dengan keberadaanmu.

Setahun lalu, aku sendiri pun tak pernah menyadarinya akan secepat itu. Kini, aku menanti kedatanganmu di tengah kebimbangan dan keputusan besar. Doakan Ayahmu ini selalu kuat ya, sayang. Doakan juga Bunda selalu memeluk erat tubuh ini saat Ayah butuh dukungannya.

Selalu sehat ya, nak!

Jepara, 25 Februari 2019

0 comments: